Article from: The Adviser
CINDY WOCKNER, DILI, EAST TIMOR
February 13, 2008 12:25am
THE head of East Timor's defence forces has launched an extraordinary attack on international forces in Dili, questioning how they allowed gunmen to attack the country's democratic leaders.
Accusing the forces, which were yesterday bolstered by an extra 340 Australian military and police officers, of a "lack of capacity", Brigadier General Taur Matan Ruak said he was shocked and surprised at the attempted assassinations.
Flanked by five of his senior officers, the brigadier was scathing of international forces and called for a thorough international investigation into the events of Monday morning, when President Jose Ramos Horta was shot and wounded and Prime Minister Xanana Gusmao was also fired on.
In Australia, Prime Minister Kevin Rudd expressed his "great and profound shock" at the assassination attempts.
"I'm sure I speak for all honourable members, and for the Parliament, when we pass on behalf of this Parliament and this country our sense of shock and solidarity for our friends in Dili after this appalling attack on their democracy," he told Parliament. "(We) affirm to the Parliament and on behalf of the Government our resolve to stand by the democratically elected government of East Timor at this time of great duress and challenge."
Mr Gusmao's wife, Kirsty Sword Gusmao, last night told ABC TV that during the time between when Dr Ramos-Horta was shot and her husband's convoy was ambushed, armed men had surrounded their home.
"I got the children dressed as quickly as I could and had them lie under the bed," she said.
"I attempted to call Xanana at that point and got through to his driver but it was right at the time his vehicle was being ambushed so I was hardly able to get the message through that we were in peril," she said. Neither Mr Gusmao nor his family were hurt.
Brig Gen Ruak said that since 2006, in the presence of UN troops, there had been two major incidents and no one had a shred of intelligence on them.
"This is something that surprise me. I am also from a guerilla fighter (background). I am a non-professional but I see a lot of professionals here and even they never detected it is something that surprise me and also shock."
Asked if the 1600-strong force should leave, he said: "I don't tell them to leave. What they need to do is encourage themselves to set up the team and investigate. They are responsible and the team is responsible." Shortly after Brig Gen Ruak's comments yesterday, a charter flight arrived in Dili carrying Australian Federal Police officers. Another 120 soldiers were also due to arrive late yesterday as part of 340 extra Australian personnel sent to Dili in the wake of the latest violence.
Brig Gen Ruak demanded an investigation into the responsibilities of the forces in East Timor.
"There has been a lack of capacity shown by the international forces, who have primary responsibility for the security within Timor-Leste, to foresee, react and prevent these events," he said.
Even though it may have been possible, and highly recommended, there was no immediate operation undertaken to detain the personnel responsible for the attacks," he said.
Describing the problems as a "cancer in our body", Brig Gen Ruak said he had no problem with the number of troops now in Dili.
Asked if he was absolving the East Timorese military of all responsibility in what happened, he said: "I don't say that." But he told a packed press conference that five points needed to be highlighted.
The Timorese military, the F-FDTL, was responsible only for security within the perimeter of President Jose Ramos Horta's residence. He said the UNPOL and the PNTL (the East Timor police force) were the groups responsible for the President's personal security.
"Given the high number of international forces present in Timor-Leste, in particular within the capital, how is it possible that vehicles transporting armed people have entered the city and executed an approach to the residences of the President of The Republic and the Prime Minister without having been detected?" he asked.
He called for an immediate investigation.
"It is imperative that the respective inherent responsibilities of all security forces within Timor-Leste be determined."
During Monday's attack, rebel military officer Alfredo Reinardo was shot dead, as was another rebel.
One injured soldier was also still in hospital.
Brig. Ruak said 11 or 12 rebel gunmen were involved in the two attacks.
Brig Ruak said there was no point dwelling on the question of whether Alfredo Reinardo should have been arrested earlier.
"He is dead already and I hope the God will save him," he said, adding that regards were with his family.
His body remains in the morgue in Dili's hospital.
terça-feira, fevereiro 12, 2008
Foreign forces blamed for allowing East Timor coup bid
Por Malai Azul 2 à(s) 22:00
Subscrever:
Enviar feedback (Atom)
Traduções
Todas as traduções de inglês para português (e também de francês para português) são feitas pela Margarida, que conhecemos recentemente, mas que desde sempre nos ajuda.
Obrigado pela solidariedade, Margarida!
Obrigado pela solidariedade, Margarida!
Mensagem inicial - 16 de Maio de 2006
"Apesar de frágil, Timor-Leste é uma jovem democracia em que acreditamos. É o país que escolhemos para viver e trabalhar. Desde dia 28 de Abril muito se tem dito sobre a situação em Timor-Leste. Boatos, rumores, alertas, declarações de países estrangeiros, inocentes ou não, têm servido para transmitir um clima de conflito e insegurança que não corresponde ao que vivemos. Vamos tentar transmitir o que se passa aqui. Não o que ouvimos dizer... "
3 comentários:
Kota : Jakarta
Negara : Republik Maluku Selatan.
Komentar : Kawan sejati Alfredo, engkau telah meninggalkan dunia ini dg jiwa dan ragamu gara2 kecuranan dan tidak keadilan yg engkau telah mengetahui di dlm institusi FDTL maupun di dlm puncak kepimpinan negara RDTL pd saat2 terakhir ini. Semua orang yg bertidak menungkai engkau telah melongtorkan kata2 yg sangat tidak bermoril sama sekali dg apa yg kamu telah berjuangan demi kejujuran dan keadilan. Namun di dl kelompokmu yg kamu telah menpimpinai ada yg telah penghinat engkau seperti kelompoknya si tuleh major Tara. Tara dan kelompoknya adalah kaki tangannya sih para lider psykopatha seperti Xanana dan Horta Csnya. Oleh karena itu pd saat2 terakhir ini engkau telah menjadi "kambing hitam" utk mengadu domba bagi kepentingan mereka di Tanah Air Rakyat miskin dan kecil dari seluruh Timor Timur. Dan kemudian pd titik terakhirnya yg akan selalu menulis di sejarah berdarah yg telah ber-registrasi pd hari ini di Tanah Air yg memillik engkau dan sekawan2nya, tetapi bukan dari orang2 yg saleh itu seperti Xanana, Horta dan Cs. Engkau telah tiada tetapi jiwamu akan menginsaf semua pahlawan2 yg pengikutmu dan mereka akan tetap berani utk menperjuangan s/d kejujuran dan keadilan akan berkibar benderanya di bumi Timor Loro Sae. Ukt hal itu kami mengimbau sekawan perjuangan Salsinha Gastao, agar tidak bisa menyerahkan diri kpd siapa2pun di bumi Timor Loro Sae dan tetap berkok dg se-spirit sephalawan utk perjuangkan s/d merebut kembali haknya Rakyat kecil dan miskin yg telah di tindas oleh kelompok2 yg menjadi kaki tangan penjajahanya asing yg sedang dg aparat militernya tetap berkuasa di seluruh bumi Timor Loro Sae. Kematian engkau adalah pahlawan demi kejujuran dan keadilan, oleh karena itu isu2 lainnya yg telah menyatakan bahwa engkau adalah pasukan pembrontakan dan itu anhya demi kepentingan dikau sendiri, itu sama sekali tidak ada pernah tertulis di buku bagi kita orang2 sejati yg telah dan sedangkan perjuangan demi kepengtinan rakyat kecil dan miskin di seluruh dunia dan khususnya bagi Indonesia dan Timor Loro sae.
Ai semua pemuda dan pemudi dari seluruh Timor Loro Sae, bangkitlah dan marilah kita bersama sama berteguh di dlm prinsip2 kita yg jujur dan adil utk tetap mewarisan kultura dan tradisi dari nenek moyang kita sampai kita sendiri yg menentukan nasibnya sendiri dari pd kita akan tetap tunduk kpd sih tulen2 kaki tanganya penjajahan itu.
Rakyat Timor Loro sae yg mencintai sang kawan sejati Alfredo dan Cs, kematian Alfredo akan menjadi sebuah inspirasi bagi kalian dan kalian akan semua banga berdiri dan bahu menbahu memakai senjata kalian dan sambil melawan sih kolonialisme dan neo-kolonialisme dan keparat2nya di Tanah Air Timor Loro Sae supaya kita berbumi bisa menyentukan nasibnya kita sendiri di bumi kita.
Utk kata terakhir bagi digkau, kawan sejati Alfredo, engkau di hadapan mata TME, engkau akan di terima di dlm kerajaan Allah yg kita semua umat manusia menembahaannya.
Goodbye my friend, your blood with your death will be honor by your people and your fellows till we should get our total and complete freedom in our Homeland. We do swear our compromise than we will never to surrender to the puppets leadership of the DRET as they are most monsters immoral and butcheries in the East Timor society.
So long Alfredo your soul will be happy to be glorified in the Kingdom of our Almighty Lord and God, Holy Trinity.
Dari kawan sejati, Dr. Kolimau 2000.
Tradução:
Forças estrangeiras culpadas por terem permitido tentativa de golpe em Timor-Leste
Artigo de: The Adviser
CINDY WOCKNER, DILI, TIMOR-LESTE
Fevereiro 13, 2008 12:25am
O responsável das forças de defesa de Timor-Leste lançou um ataque extraordinário contra as forças internacionais em Dili, questionando como é que permitiram que pistoleiros atacassem os líderes democráticos do país.
Acusando as forças que foram ontem aumentadas por mais 340 soldados e oficiais da polícia extra Australianos, duma "falta de capacidade", o Brigadeiro General Taur Matan Ruak disse que estava chocado e surpreendido com os assassínios tentados.
Flanqueado por cinco dos seus oficiais de topo, o brigadeiro criticou as forças internacionais e pediu uma investigação internacional rigorosa aos eventos de Segunda-feira de manhã, quando o Presidente José Ramos Horta foi baleado e ferido e dispararam contra o Primeiro-Ministro Xanana Gusmão.
Na Austrália, o Primeiro-Ministro Kevin Rudd expressou o seu "grande e profundo choque " às tentativas de assassínio.
"Estou certo que falo em nome de todos os membros, e pelo Parlamento, quando aprovarmos em nome deste Parlamento e deste país o nosso sentimento de choque e de solidariedade pelos nossos amigos em Dili depois deste assombroso ataque à democracia deles," disse no Parlamento. "(Nós) afirmamos ao Parlamento e em nome do Governo a nossa determinação em ficar ao lado do governo democraticamente eleito de Timor-Leste neste tempo de grande dureza e desafio."
A mulher do Sr Gusmão, Kirsty Sword Gusmão, disse ontem à noite à ABC TV que no período entre o Dr Ramos-Horta ser baleado e a caravana do marido ser emboscada, homens armadas cercaram a sua casa.
"Vesti as crianças tão rapidamente quanto pude e deitei-as debaixo da cama," disse ela.
"Tentei ligar ao Xanana nessa altura e através do condutor mas foi mesmo na altura em que o veículo estava a ser emboscado por isso pouco consegui mandar o recado que estávamos em perigo," disse. Nem o Sther Mr Gusmão nem a sua família foram feridos.
O Brig Gen Ruak disse que desde 2006, na presença de tropas da ONU, houve dois incidentes maiores e ninguém tinha um ponta de informações sobre eles.
"Isto é uma coisa que me surpreende. Sou também um guerrilheiro (no passado). Sou um não- profissional mas vejo muitos profissionais aqui e que eles nunca detectaram antes nada é uma coisa que me surpreende e que também me choca."
Perguntado sobre se a força de 1600 elementos devia partir ele disse: "Não digo a eles para partirem. O que eles precisam de fazer é encorajarem-se a eles próprios para montarem uma equipa e investigarem. Eles são responsáveis e a equipa é responsável." Pouco depois dos comentários do Brig Gen Ruak ontem, um avião fretado chegou a Dili transportando oficiais da Australian Federal Police. Mais outros 120 soldados estão também previstos chegarem mais tarde ontem como parte dos 340 pessoal extra Australiano enviado para Dili desde a última violência.
O Brig Gen Ruak pediu uma investigação às responsabilidades das forças em Timor-Leste.
"As forças internacionais têm mostrado falta de capacidade, quem tem a responsabilidade primária pela segurança em Timor-Leste, para prever, reagir e prevenir esses eventos," disse.
Mesmo apesar disso ter sido possível, e (ter sido) altamente recomendado não houve nenhuma operação imediata tomadda para deter o pessoal responsável pelos ataques," disse.
Descrevendo os problemas como um "cancro no nosso corpo", o Brig Gen Ruak disse que ele não tinha nenhum problema com o número de tropas agora em Dili.
Perguntado se estava a absolver os militares Timorenses de todas as responsabilidades no que aconteceu, disse: "Não digo isso." Mas disse a uma conferência de imprensa cheia que há cinco pontos que precisam de ser sublinhados.
Os militares Timorenses, as F-FDTL, são responsáveis apenas pela segurança no perímetro dentro da residência do Presidente José Ramos Horta. Disse que a UNPOL e a PNTL (a força de polícia de Timor-Leste) são os grupos responsáveis pela segurança pessoal do Presidente.
"Dado o alto número de forças internacionais presentes em Timor-Leste, em particular dentro da capital, como é que é possível que veículos transportando pessoas armadas tenham entrado na cidade e executado uma aproximação à residência do Presidente da República e do Primeiro-Ministro sem terem sido detectados?" perguntou.
Pediu uma investigação imediata.
"É imperativo que as respectivas responsabilidades inerentes de todas as forças de segurança dentro de Timor-Leste sejam determinadas."
Durante o ataque de Segunda-feira, o militar amotinado Alfredo Reinado foi morto a tiro, como foi outro amotinado.
Um soldado ferido está ainda no hospital.
O Brig. Ruak disse que 11 ou 12 pistoleiros amotinados estiveram envolvidos nos dois ataques.
O Brig Ruak disse que não valia a pena insistir na questão sobre se Alfredo Reinado devia ter sido preso antes.
"Já está morto e espero que Deus o salve," disse, acrescentando que enviava condolências à sua família.
O seu corpo permanece na morgue do hospital de Dili.
Tradução:
Forças estrangeiras culpadas por terem permitido tentativa de golpe em Timor-Leste
Artigo de: The Adviser
CINDY WOCKNER, DILI, TIMOR-LESTE
Fevereiro 13, 2008 12:25am
O responsável das forças de defesa de Timor-Leste lançou um ataque extraordinário contra as forças internacionais em Dili, questionando como é que permitiram que pistoleiros atacassem os líderes democráticos do país.
Acusando as forças que foram ontem aumentadas por mais 340 soldados e oficiais da polícia extra Australianos, duma "falta de capacidade", o Brigadeiro General Taur Matan Ruak disse que estava chocado e surpreendido com os assassínios tentados.
Flanqueado por cinco dos seus oficiais de topo, o brigadeiro criticou as forças internacionais e pediu uma investigação internacional rigorosa aos eventos de Segunda-feira de manhã, quando o Presidente José Ramos Horta foi baleado e ferido e dispararam contra o Primeiro-Ministro Xanana Gusmão.
Na Austrália, o Primeiro-Ministro Kevin Rudd expressou o seu "grande e profundo choque " às tentativas de assassínio.
"Estou certo que falo em nome de todos os membros, e pelo Parlamento, quando aprovarmos em nome deste Parlamento e deste país o nosso sentimento de choque e de solidariedade pelos nossos amigos em Dili depois deste assombroso ataque à democracia deles," disse no Parlamento. "(Nós) afirmamos ao Parlamento e em nome do Governo a nossa determinação em ficar ao lado do governo democraticamente eleito de Timor-Leste neste tempo de grande dureza e desafio."
A mulher do Sr Gusmão, Kirsty Sword Gusmão, disse ontem à noite à ABC TV que no período entre o Dr Ramos-Horta ser baleado e a caravana do marido ser emboscada, homens armadas cercaram a sua casa.
"Vesti as crianças tão rapidamente quanto pude e deitei-as debaixo da cama," disse ela.
"Tentei ligar ao Xanana nessa altura e através do condutor mas foi mesmo na altura em que o veículo estava a ser emboscado por isso pouco consegui mandar o recado que estávamos em perigo," disse. Nem o Sr Gusmão nem a sua família foram feridos.
O Brig Gen Ruak disse que desde 2006, na presença de tropas da ONU, houve dois incidentes maiores e ninguém tinha um ponta de informações sobre eles.
"Isto é uma coisa que me surpreende. Sou também um guerrilheiro (no passado). Sou um não- profissional mas vejo muitos profissionais aqui e que eles nunca detectaram antes nada é uma coisa que me surpreende e que também me choca."
Perguntado sobre se a força de 1600 elementos devia partir ele disse: "Não digo a eles para partirem. O que eles precisam de fazer é encorajarem-se a eles próprios para montarem uma equipa e investigarem. Eles são responsáveis e a equipa é responsável." Pouco depois dos comentários do Brig Gen Ruak ontem, um avião fretado chegou a Dili transportando oficiais da Australian Federal Police. Mais outros 120 soldados estão também previstos chegarem mais tarde ontem como parte dos 340 pessoal extra Australiano enviado para Dili desde a última violência.
O Brig Gen Ruak pediu uma investigação às responsabilidades das forças em Timor-Leste.
"As forças internacionais têm mostrado falta de capacidade, quem tem a responsabilidade primária pela segurança em Timor-Leste, para prever, reagir e prevenir esses eventos," disse.
Mesmo apesar disso ter sido possível, e (ter sido) altamente recomendado não houve nenhuma operação imediata tomada para deter o pessoal responsável pelos ataques," disse.
Descrevendo os problemas como um "cancro no nosso corpo", o Brig Gen Ruak disse que ele não tinha nenhum problema com o número de tropas agora em Dili.
Perguntado se estava a absolver os militares Timorenses de todas as responsabilidades no que aconteceu, disse: "Não digo isso." Mas disse a uma conferência de imprensa cheia que há cinco pontos que precisam de ser sublinhados.
Os militares Timorenses, as F-FDTL, são responsáveis apenas pela segurança no perímetro dentro da residência do Presidente José Ramos Horta. Disse que a UNPOL e a PNTL (a força de polícia de Timor-Leste) são os grupos responsáveis pela segurança pessoal do Presidente.
"Dado o alto número de forças internacionais presentes em Timor-Leste, em particular dentro da capital, como é que é possível que veículos transportando pessoas armadas tenham entrado na cidade e executado uma aproximação à residência do Presidente da República e do Primeiro-Ministro sem terem sido detectados?" perguntou.
Pediu uma investigação imediata.
"É imperativo que as respectivas responsabilidades inerentes de todas as forças de segurança dentro de Timor-Leste sejam determinadas."
Durante o ataque de Segunda-feira, o militar amotinado Alfredo Reinado foi morto a tiro, como foi outro amotinado.
Um soldado ferido está ainda no hospital.
O Brig. Ruak disse que 11 ou 12 pistoleiros amotinados estiveram envolvidos nos dois ataques.
O Brig Ruak disse que não valia a pena insistir na questão sobre se Alfredo Reinado devia ter sido preso antes.
"Já está morto e espero que Deus o salve," disse, acrescentando que enviava condolências à sua família.
O seu corpo permanece na morgue do hospital de Dili.
Enviar um comentário