terça-feira, fevereiro 12, 2008

Grupo de Alfredo Reinado não conhecia plano de ataque - Leandro Isaac

Lisboa, 12 Fev - O antigo deputado timorense Leandro Isaac disse hoje à Lusa que os elementos que acompanharam Alfredo Reinado no ataque contra o presidente timorense supunham que o major rebelde ia encontrar-se com José Ramos-Horta.

A informação que Leandro Isaac dispõe resulta de uma conversa que teve com um elemento da componente naval das forças timorenses, que identificou apenas pelo apelido Lay e que acompanhou o major Alfredo Reinado, fugindo após o ataque.

Leandro Isaac, que esteve com o major rebelde nas montanhas quando este desertou com armas em 2006, contou que Lay lhe disse que quando partiram de Ermera em direcção a Díli, o grupo foi informado por Alfredo Reinado que pretendia um encontro com o Presidente da República.

À entrada da casa de Ramos-Horta, os acompanhantes do major ficaram "surpreendidos" quando viram que Alfredo Reinado saltou da viatura onde seguia e desarmou os seguranças que se encontravam no local, contou Leandro Isaac.

Com base no relato de Lay, o antigo deputado adiantou que depois de ter desarmado a segurança, Alfredo Reinado dirigiu-se com outro homem para a casa do Presidente da República, onde foram abatidos.

Posteriormente, prosseguiu Leandro Isaac, os homens de Reinado tentaram fugir nos dois veículos e foi já durante a fuga que dispararam contra Ramos-Horta.

"Ele (Lay) fugiu com os outros. Fugiram para as montanhas. Pegaram-se entre eles, se calhar por causa do ataque, e dispersaram em pequenos grupos", contou Leandro Isaac, adiantando que Lay nunca mais soube nada dos outros.

Na opinião de Leandro Isaac, o "assalto à casa do Presidente da República" e a "emboscada" ao primeiro-ministro, Xanana Gusmão, foram uma "retaliação" a um "assalto" das tropas australianas, há cinco dias, ao acampamento de Alfredo Reinado quando este estava reunido com alguns elementos do Parlamento Nacional.

"As tropas apontaram as armas em direcção aos deputados, de ameaça. Os deputados identificaram-se, mas os soldados não queriam saber. Nessa altura, os homens de Alfredo fizeram alguns tiros, seis tiros, segundo as notícias, e depois os soldados foram embora e voltou tudo à normalidade", contou Leandro Isaac.

De acordo com o antigo deputado, Alfredo Reinado julgou que as forças australianas foram mandadas ao seu acampamento pelo Governo e pelo Presidente da República.

"Mas isto não é verdade, não é verdade. Porque estava estipulado que no dia 15 deste mês ia haver um encontro alargado entre Alfredo e o Estado", contou Leandro Isaac.

Também na opinião de Leandro Isaac, haveria um plano de Reinado para matar o primeiro-ministro e deter Ramos-Horta para servir de refém.

Leando Isaac lamentou que as polícias internacionais não tenham vigiado o major rebelde em Ermera depois do assalto das tropas australianas, que na sua opinião foi um gesto de "pura provocação para que Alfredo Reinado reagisse".

Em "nenhum país, mesmo do terceiro mundo" Alfredo Reinado devia ter sido deixado sem vigilância, acrescentou.

SB
Lusa/fim

6 comentários:

Anónimo disse...

Kota : Jakarta
Negara : Republik Maluku Selatan.

Komentar : Kawan sejati Alfredo, engkau telah meninggalkan dunia ini dg jiwa dan ragamu gara2 kecuranan dan tidak keadilan yg engkau telah mengetahui di dlm institusi FDTL maupun di dlm puncak kepimpinan negara RDTL pd saat2 terakhir ini. Semua orang yg bertidak menungkai engkau telah melongtorkan kata2 yg sangat tidak bermoril sama sekali dg apa yg kamu telah berjuangan demi kejujuran dan keadilan. Namun di dl kelompokmu yg kamu telah menpimpinai ada yg telah penghinat engkau seperti kelompoknya si tuleh major Tara. Tara dan kelompoknya adalah kaki tangannya sih para lider psykopatha seperti Xanana dan Horta Csnya. Oleh karena itu pd saat2 terakhir ini engkau telah menjadi "kambing hitam" utk mengadu domba bagi kepentingan mereka di Tanah Air Rakyat miskin dan kecil dari seluruh Timor Timur. Dan kemudian pd titik terakhirnya yg akan selalu menulis di sejarah berdarah yg telah ber-registrasi pd hari ini di Tanah Air yg memillik engkau dan sekawan2nya, tetapi bukan dari orang2 yg saleh itu seperti Xanana, Horta dan Cs. Engkau telah tiada tetapi jiwamu akan menginsaf semua pahlawan2 yg pengikutmu dan mereka akan tetap berani utk menperjuangan s/d kejujuran dan keadilan akan berkibar benderanya di bumi Timor Loro Sae. Ukt hal itu kami mengimbau sekawan perjuangan Salsinha Gastao, agar tidak bisa menyerahkan diri kpd siapa2pun di bumi Timor Loro Sae dan tetap berkok dg se-spirit sephalawan utk perjuangkan s/d merebut kembali haknya Rakyat kecil dan miskin yg telah di tindas oleh kelompok2 yg menjadi kaki tangan penjajahanya asing yg sedang dg aparat militernya tetap berkuasa di seluruh bumi Timor Loro Sae. Kematian engkau adalah pahlawan demi kejujuran dan keadilan, oleh karena itu isu2 lainnya yg telah menyatakan bahwa engkau adalah pasukan pembrontakan dan itu anhya demi kepentingan dikau sendiri, itu sama sekali tidak ada pernah tertulis di buku bagi kita orang2 sejati yg telah dan sedangkan perjuangan demi kepengtinan rakyat kecil dan miskin di seluruh dunia dan khususnya bagi Indonesia dan Timor Loro sae.

Ai semua pemuda dan pemudi dari seluruh Timor Loro Sae, bangkitlah dan marilah kita bersama sama berteguh di dlm prinsip2 kita yg jujur dan adil utk tetap mewarisan kultura dan tradisi dari nenek moyang kita sampai kita sendiri yg menentukan nasibnya sendiri dari pd kita akan tetap tunduk kpd sih tulen2 kaki tanganya penjajahan itu.

Rakyat Timor Loro sae yg mencintai sang kawan sejati Alfredo dan Cs, kematian Alfredo akan menjadi sebuah inspirasi bagi kalian dan kalian akan semua banga berdiri dan bahu menbahu memakai senjata kalian dan sambil melawan sih kolonialisme dan neo-kolonialisme dan keparat2nya di Tanah Air Timor Loro Sae supaya kita berbumi bisa menyentukan nasibnya kita sendiri di bumi kita.


Utk kata terakhir bagi digkau, kawan sejati Alfredo, engkau di hadapan mata TME, engkau akan di terima di dlm kerajaan Allah yg kita semua umat manusia menembahaannya.

Goodbye my friend, your blood with your death will be honor by your people and your fellows till we should get our total and complete freedom in our Homeland. We do swear our compromise than we will never to surrender to the puppets leadership of the DRET as they are most monsters immoral and butcheries in the East Timor society.

So long Alfredo your soul will be happy to be glorified in the Kingdom of our Almighty Lord and God, Holy Trinity.

Dari kawan sejati, Dr. Kolimau 2000.

Anónimo disse...

Kota : Jakarta
Negara : Republik Maluku Selatan.

Komentar : Kawan sejati Alfredo, engkau telah meninggalkan dunia ini dg jiwa dan ragamu gara2 kecuranan dan tidak keadilan yg engkau telah mengetahui di dlm institusi FDTL maupun di dlm puncak kepimpinan negara RDTL pd saat2 terakhir ini. Semua orang yg bertidak menungkai engkau telah melongtorkan kata2 yg sangat tidak bermoril sama sekali dg apa yg kamu telah berjuangan demi kejujuran dan keadilan. Namun di dl kelompokmu yg kamu telah menpimpinai ada yg telah penghinat engkau seperti kelompoknya si tuleh major Tara. Tara dan kelompoknya adalah kaki tangannya sih para lider psykopatha seperti Xanana dan Horta Csnya. Oleh karena itu pd saat2 terakhir ini engkau telah menjadi "kambing hitam" utk mengadu domba bagi kepentingan mereka di Tanah Air Rakyat miskin dan kecil dari seluruh Timor Timur. Dan kemudian pd titik terakhirnya yg akan selalu menulis di sejarah berdarah yg telah ber-registrasi pd hari ini di Tanah Air yg memillik engkau dan sekawan2nya, tetapi bukan dari orang2 yg saleh itu seperti Xanana, Horta dan Cs. Engkau telah tiada tetapi jiwamu akan menginsaf semua pahlawan2 yg pengikutmu dan mereka akan tetap berani utk menperjuangan s/d kejujuran dan keadilan akan berkibar benderanya di bumi Timor Loro Sae. Ukt hal itu kami mengimbau sekawan perjuangan Salsinha Gastao, agar tidak bisa menyerahkan diri kpd siapa2pun di bumi Timor Loro Sae dan tetap berkok dg se-spirit sephalawan utk perjuangkan s/d merebut kembali haknya Rakyat kecil dan miskin yg telah di tindas oleh kelompok2 yg menjadi kaki tangan penjajahanya asing yg sedang dg aparat militernya tetap berkuasa di seluruh bumi Timor Loro Sae. Kematian engkau adalah pahlawan demi kejujuran dan keadilan, oleh karena itu isu2 lainnya yg telah menyatakan bahwa engkau adalah pasukan pembrontakan dan itu anhya demi kepentingan dikau sendiri, itu sama sekali tidak ada pernah tertulis di buku bagi kita orang2 sejati yg telah dan sedangkan perjuangan demi kepengtinan rakyat kecil dan miskin di seluruh dunia dan khususnya bagi Indonesia dan Timor Loro sae.

Ai semua pemuda dan pemudi dari seluruh Timor Loro Sae, bangkitlah dan marilah kita bersama sama berteguh di dlm prinsip2 kita yg jujur dan adil utk tetap mewarisan kultura dan tradisi dari nenek moyang kita sampai kita sendiri yg menentukan nasibnya sendiri dari pd kita akan tetap tunduk kpd sih tulen2 kaki tanganya penjajahan itu.

Rakyat Timor Loro sae yg mencintai sang kawan sejati Alfredo dan Cs, kematian Alfredo akan menjadi sebuah inspirasi bagi kalian dan kalian akan semua banga berdiri dan bahu menbahu memakai senjata kalian dan sambil melawan sih kolonialisme dan neo-kolonialisme dan keparat2nya di Tanah Air Timor Loro Sae supaya kita berbumi bisa menyentukan nasibnya kita sendiri di bumi kita.


Utk kata terakhir bagi digkau, kawan sejati Alfredo, engkau di hadapan mata TME, engkau akan di terima di dlm kerajaan Allah yg kita semua umat manusia menembahaannya.

Goodbye my friend, your blood with your death will be honor by your people and your fellows till we should get our total and complete freedom in our Homeland. We do swear our compromise than we will never to surrender to the puppets leadership of the DRET as they are most monsters immoral and butcheries in the East Timor society.

So long Alfredo your soul will be happy to be glorified in the Kingdom of our Almighty Lord and God, Holy Trinity.

Dari kawan sejati, Dr. Kolimau 2000.

José Antonio Rocha disse...

Depois que Reinado foi abatido, houve 35 minutos até o segundo tiroteio. O que Lay e os homens ficaram fazendo este tempo todo, de 6:15 até 6:50? Se Reinado foi abatido por seguranças do presidente, a área da casa estava perigosa. Mas o presidente foi abatido a 20 metros da entrada, na rua. os homens de Lay ainda estavam por alí? Como o presidente não viu isto?

aeloy disse...

O aleatório, sempre o aleatório.
Factos:
1 - O Estado foi incapaz, deliberamente ou não, de exercer o seu poder, nomeadamente de fazer cumprir as leis e prender os criminosos.
Bem sei que toda a situação despoletada por estes, de atropelo à democracia em 2007 (com que conivências?) era já de si um torpedeamento do Estado democrático de Direito
2- Da parte dos actuais responsáveis (Xanana e Horta a quem desejo a total recuperação que a política deve ser o debate e o confronto nesse) houve, além disso, conivência objectiva com os bandidos (sabe-se lá porque razão...) e quem brinca com o fogo...
3- Não existe democracia com atropelo das regras, e o "irmão" Ramos Horta parece que estava a entender isso... e...
4- Vamos ver o que se está a passar no que concerne os fundos do petroleo...e talvez possamos começar a compreender alguma coisa...e
5- Todas estas histórias estão muito, muito, muito mal contadas. Esse é o facto principal!

Labels: Timor

Anónimo disse...

picaram a fera ...

Anónimo disse...

Eu acho que tanto Horta como Reinado sao ambos inocetes e Reinado caiu numa armadilha montada por terceiros.

Tudo muito muito mal contado....

Traduções

Todas as traduções de inglês para português (e também de francês para português) são feitas pela Margarida, que conhecemos recentemente, mas que desde sempre nos ajuda.

Obrigado pela solidariedade, Margarida!

Mensagem inicial - 16 de Maio de 2006

"Apesar de frágil, Timor-Leste é uma jovem democracia em que acreditamos. É o país que escolhemos para viver e trabalhar. Desde dia 28 de Abril muito se tem dito sobre a situação em Timor-Leste. Boatos, rumores, alertas, declarações de países estrangeiros, inocentes ou não, têm servido para transmitir um clima de conflito e insegurança que não corresponde ao que vivemos. Vamos tentar transmitir o que se passa aqui. Não o que ouvimos dizer... "
 

Malai Azul. Lives in East Timor/Dili, speaks Portuguese and English.
This is my blogchalk: Timor, Timor-Leste, East Timor, Dili, Portuguese, English, Malai Azul, politica, situação, Xanana, Ramos-Horta, Alkatiri, Conflito, Crise, ISF, GNR, UNPOL, UNMIT, ONU, UN.